Selasa, 15 Januari 2013

Senja Ku


Baru saja gerimis itu turun
basahi bumi MU yang sudah lama tak dibasahi hujan
bau khas terasa terangkat dari bumiMU
terkadang ku merindukan suasana ini

sore ini kunikmati gerimis itu
dari balik tirai jendela kamarku
sebuah tempat yang paling ku senangi dalam rumah ku
tempat itu juga yang mencerdas kan ku
karena ada banyak buku yang selalu memanggilku untuk terus belajar
disitu jugalah aku mengumpul inspirasi
mengatur strategi untuk hidup lebih baik

Senja ku
ku harap ku tak pernah lewati keindahanmu
damai dan bahagia bersamamu


Senja ku
ku harap kita selalu bisa memadu kasih bersama
mengumpul cinta untuk sang ilahi Rabbi
karena ku tahu Dia jugalah yang menciptkan kita berdua jadi lebih indah

Senin, 14 Januari 2013

Di Jalan Dakwah Aku Pacaran

dakwatuna.com - Di Jalan Dakwah Aku Menikah, sebuah karya Ustadz Cahyadi Takariawan yang menjelaskan secara gamblang tentang pernikahan yang “benar-benar” menjadikan Islam dan dakwah sebagai dasarnya. Namun kali ini bukan itu yang hendak saya bahas, sedikit berbeda: “Di Jalan Dakwah Aku Pacaran”.
Witing tresno jalaran soko kulino
Ungkapan pepatah jawa ini yang secara garis besar dapat diartikan “cinta tumbuh dari tingginya intensitas pertemuan” berlaku umum, baik bagi masyarakat umum maupun mereka yang mendapat label “aktivis dakwah”. Semuanya sama karena pada dasarnya adalah fitrah manusia yang saling menyukai antara lawan jenis.
Pertemuan yang begitu intens di setiap rapat, syura, pembahasan teknis, hingga hubungan dua arah via telepon, SMS, chatting, dsb yang pada akhirnya membuat dua orang, pria dan wanita, merasakan kedekatan yang berbeda. Hingga akhirnya chatting, telepon, SMS, diperpanjang durasinya padahal kebutuhan syar’i sudahlah selesai dibahas. Atau, karena memang masih panjang pembahasan maka menyempatkan waktu untuk bertemu, lama sekali, berdua saja. Seolah terlupa ada pihak ketiga yang senantiasa membisikkan was-was di hati manusia serta seolah terlupa bahwa Allah ‘Azza wa Jalla memandang mereka dengan jelas dan sempurna.
“Kami menjaga hati”, ucap mereka.
Bagaimana mungkin hati terjaga sedangkan raganya tidak? Mata itu intens menatap “dia” yang ada di hadapannya, pikiran itu melayang berangan seandainya “dia” senantiasa berada di sampingnya. Maka entah bagaimana segala macam alasan dan pembenaran dibuat untuk melegalkan segalanya.
Bukankah masih jelas tulisan nasihat dari ‘alim kita, (alm) Ust. Rahmat Abdullah:
Di mana kau letakkan dirimu?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau
bergetar dan takut.
Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkau pun berani tampil di depan
seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.
Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga
getarannya tak terasa lagi saat maksiat menggodamu dan engkau menikmatinya?
Ya, lumpur-lumpur dosa yang dilakukan telah membuat hati menjadi beku. Pembenaran yang dicari-cari membuat kebenaran menghindarkan diri, serta maksiat yang dilakukan setiap hari seolah menjadi kebutuhan manusiawi.
Tak ada lagi tembok malu yang menjadi pengangkat kemuliaan, tak ada lagi jiwa yang takut sepenuhnya kepada Illahi Rabbi, serta tak ada lagi pemuda yang kritis dan bergelora karena semangatnya padam termakan kelalaian akhlaqnya. Tak lagi ia berani berkata ini dan itu karena pikirannya kini hanya tentang “si merah jambu”. Tak lagi terlihat dahsyatnya gerak kontribusinya karena jiwa yang alpa menghambat raganya, serta izzah yang biasa terpancar dari matanya redup seketika.
Teringat tulisan Ibnu Qayyim al-Jauzi di dalam buku Miftaahu Daaris-Sa’aadah:
Pada hakikatnya, hati yang selamat adalah hati yang berserah diri kepada Tuhannya, yang menyembah-Nya penuh dengan rasa malu, penuh harap, dan penuh hasrat. Dengan demikian, ia lebur dalam cinta kepada Allah SWT, dan bersih dari segala sesuatu selain Dia. Ia lebur dalam rasa takut kepada-Nya, dan tidak ada rasa takut kepada yang lain. Ia lebur dalam pengharapan kepada-Nya, dan tidak mengharapkan selain Dia. Ia menerima segala perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya dengan penuh keimanan dan ketaatan. Ia berserah diri kepada qadha dan qadhar-Nya, sehingga ia tidak berprasangka buruk, menentang, dan marah terhadap segala ketetapan-Nya. Ia berserah diri kepada Tuhannya dengan penuh kepatuhan, kerendahan, kehinaan, dan kehambaannya.
Lalu bagaimana bisa hati itu tetap terjaga jika ia mencintai yang belum layak dicintai, melakukan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya dengan berjuta pembenaran, serta mendahului qadha dan qadar Allah seolah tak percaya akan keputusan terbaik-Nya kelak.
Betapa memang kita jauh dari kualitas mulia, saat pemuda Gaza menjaga kesucian mereka dan juga berjihad di jalan Allah Ta’ala, pemuda muslim di Indonesia, yang mendapat (atau tidak) label “kader dakwah”, masih sibuk dengan urusan hati merah jambu.
Betapa jauh!

Panggilan Sayang


Add caption
Ainun,kamu jelek hitam seperti gula jawa.begitulah kira-kira penggalan cerita film "ainun habibi" yang lagi booming di bioskop-bioskop indonesia.dan di momen lain habibi mengatakan kepada istrinya "ainun, gula pasirku".seketika tawa itu pun pecah. sepintas kedengaran lucu. coba kita flashback lagi kisah di film "sang murabbi". sang ustadz mengungkapkan kepada istrinya sepulang berdakwah dengan istilah "sumarnai". sontak istrnya terkejut karena nama asli dari istri ustadz adalah sumarni. maaf kalau tulisan saya dibuka oleh kisah-kisah di film yang nantinya bisa petik ibrohnya. kenapa saya mengawali tulisan saya ini lewat film karena saya ingin mengajak kita semua dalam hidup ini kita butuh panggilan-panggilan sayang. yang salah satu manfaatnya dapat mendekatkan hati diantara pelaku contohnya pasangan suami istri, sahabat, guru,  murid, dan lain-lain. heheheh..jadi ingat SMU dulu ada beberapa guru yang diberi nama-nama yang aneh oleh para siswa. ada ibu ikan laga yang bisanya marah-marah, ibu  the rock yang matanya seperti the rock di acara smackdown, dan ada pula ibu cantik ini karena ibunya memang cantik. tapi kalau yang ini bukan panggilan sayang ya. hehehehhe.

seorang suami mungkin memiliki panggilan sayang pada istrinya begitu juga sebaliknya. yang mana panggilan ini dapat meningkatkan hubungan suami istri jadi lebih harmonis. hehehhe...sok berpengalaman ya. dalam sebuah persahabatan juga demikian. lewat panggilan sayang dapat menguatkan hubungan persahabatan. tentunya pangilan yang dipakai adalah panggilan yang benar-benar disukai oleh keduanya. lewat panggilan sayang tersebut kedua belah pihak apat mencairkan suasana. buat kamu yang belum memiliki panggilan sayang cobalah mnculkan.

inspirasi buyar. hehehehh ^_^

Minggu, 13 Januari 2013

Belajar dalam Jama'ah

Aku mungkin segelintir orang yang bergabung dalam sebuah jama'ah dakwah
begitu juga kamu wahai saudaraku
kita terdiri dari manusia dan watak-watak yang heterogen
karena itu pulalah kita sering menemukan friksi-friksi dalam berjama'ah
saudaraku.....tahukah kamu sesungguhnya hidup berjama'ah itu jauh lebih baik daripada hidup tanpa kebersamaan kita dalam barisan jama'ah ini
akan banyak pelajaran yang kita petik dari setiap kejadian,watak para anggota dalam jama'ah terlebih dalam sistem syuro yang berlaku dalam jama'ah kita
kita ini pembelajar dalam setiap estafet dakwah
tak ada kata berhenti dalam belajar 
tahukah kamu wahai saudaraku
akan banyak friksi-friksi yang akan kita temui selama kebersamaan kita dalam dakwah
tapi jangan pernah berfikir ini sebagai sumber malapetaka dalam sebuah jama'ah
sungguh tidak saudaraku
banyak sudah yang terpental dalam barisan ini
akibat ego masing-masing kita
sehingga dia berubah menjadi jauh lebih buruk
bahkan menjadi kondisi paling terburuk dalam hidupnya
saudaraku...hidup berjama'ah akan mendewasakan kita
masing-masing kita akan ditempa menjadi generasi-generasi tahan banting
dalam hidup berjama'ah ada ukhuwan yang mengikatkan kita
saat gesekan-gesekan itu datang ukhuwah mampu meyejukkan hati kita
hati selalu terbiasa dengan husnudzhon
membumikan budaya tabayyun
subhanalloh....semuanya berjalan sangat indah
dan aku adalah bagian kecil yang hidup dalam jama'ah
lewatnya pula aku terus menjadi generasi pembelajar
belajar dalam jama'ah




maafkan aku
aku juga manusia biasa

Jumat, 11 Januari 2013

Jalan Panjang Bernama Pernikahan


dakwatuna.com - Islam telah menganjurkan kepada manusia untuk menikah, karena di dalamnya ada banyak hikmah. Pernikahan merupakan fitrah setiap manusia. Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang berpasang-pasangan. Setiap jenis membutuhkan pasangannya. Seorang lelaki membutuhkan wanita, begitu pun sebaliknya, wanita membutuhkan lelaki. Ini adalah fitrah yang berikan kepada manusia.
Islam diturunkan Allah SWT untuk menata hubungan kedua insan agar menghasilkan sesuatu yang positif bagi umat manusia dan tidak membiarkannya berjalan semaunya sehingga menjadi penyebab bencana.
Dalam pandangan Islam, pernikahan adalah akad yang diberkahi. Di mana seorang lelaki menjadi halal bagi seorang wanita begitu pula sebaliknya. Mereka memulai perjalanan hidup berkeluarga yang panjang, dengan saling cinta, tolong menolong dan toleransi.
Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya, ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar Rum: 21).
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah SWT ingin menggambarkan hubungan yang sah itu dengan suasana yang penuh menyejukkan, mesra, akrab, kepedulian yang tinggi, saling percaya, pengertian dan penuh kasih sayang.
Tujuan pernikahan adalah untuk mendapatkan ketenangan dalam hidup karena iklim dalam rumah tangga yang penuh dengan kasih sayang dan mesra. Namun, proses membina pernikahan yang sakinah, mawaddah dan warahmah serta bahagia sering tidak semulus yang dibayangkan oleh kebanyakan pasangan.
Dengan adanya pernikahan, hal itu menunjukkan sejauh mana pasangan mampu merundingkan berbagai hal dan seberapa terampil pasangan suami istri itu mampu menyelesaikan konflik. Pasangan suami istri akan menyadari bahwa hal-hal yang berjalan dengan baik pada tahap-tahap awal pernikahan mungkin tidak dapat berfungsi sebaik pada tahap-tahap berikutnya, yakni ketika pasangan suami istri menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru dalam hubungan berumah tangga.
Sepanjang perjalanan pernikahan, semua pasangan pasti akan menghadapi tekanan-tekanan baru. Tekanan-tekanan tersebut bisa berasal dari luar pernikahan, bisa juga dari dalam pernikahan itu sendiri, atau bahkan dari hal-hal yang sudah lama terpendam jauh di dalam diri masing-masing pasangan.
Pasangan suami istri harus dapat dan mampu menyesuaikan diri dengan pasangan, untuk hidup harmonis, menyeimbangkan tugas-tugas, karir yang sedang menanjak, membesarkan anak-anak dan memberikan dukungan satu sama lain adalah tugas yang sangat kompleks dilakukan pasangan suami istri.
Banyak pasangan suami istri yang terkejut, saat mereka mendapati bahwa konflik lama belum terselesaikan. Dia akan muncul dari orang tua, saudara kandung, atau di luar pasangan. Mereka akan muncul kepermukaan dalam hubungan pernikahan. Dan setiap konflik tersebut menunjukkan adanya tuntutan yang besar terhadap pasangan suami istri ketika mereka berusaha menghadapi berbagai persoalan, belajar memahami arti pengorbanan pada berbagai tingkatan yang baru dan bagaimana mempercayai orang yang dicintai.
Pernikahan tidak selalu menghasilkan banyak tuntutan bagi orang-orang yang menjalaninya. Orang-orang tua kita terdahulu tidak begitu peduli dengan hal-hal tersebut. Bagi mereka pada umumnya, pernikahan adalah bagian dari kelangsungan hidup. Suami mencari nafkah sedangkan istri merawat rumah dan anak-anak.
Namun, kini berumah tangga kehidupan semakin kompleks, dan tuntutan adanya keintiman dalam pernikahan generasi pendahulu, yaitu orang tua kita tidaklah sebesar tuntutan generasi sekarang. Dewasa ini, pasangan suami istri menginginkan jauh lebih banyak hal dari pernikahan.
Mulai dari kehidupan materialist, fisik yang indah, keilmuan, ras, sosial masyarakat. Harapan-harapan yang lebih tinggi itu, pasangan terkadang lupa pada tanggung jawab masing-masing, oleh karena itu pasangan suami istri sangat perlu mengetahui arti pernikahan.
Ya, karena pernikahan merupakan jalan yang aman bagi manusia untuk menyalurkan naluri seks. Pernikahan dapat memelihara dan menyelamatkan keturunan secara baik dan sah. Di samping itu, pernikahan pada dasarnya menjaga martabat wanita sesuai dengan kodratnya.
Pernikahan juga merupakan suatu ikatan yang kuat dengan perjanjian yang teguh yang ditetapkan di atas landasan niat untuk bergaul antara suami istri dengan abadi. Supaya dapat memetik buah kejiwaan yang telah digariskan oleh Allah dalam Al Quran yaitu ketenteraman, kecintaan dan kebahagiaan. Wallahua’lam.

Hidup Untuk yang Maha Hidup

dakwatuna.com - Nabi SAW pernah menggambarkan bahwa hidup ini tidak ubahnya seorang musafir yang berteduh sesaat di bawah pohon yang rindang untuk menempuh perjalanan tiada batas. Oleh karena itu, bekal perjalanan tiada batas itu mesti disiapkan semaksimal mungkin. Karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa (QS. Al-Baqarah: 197).
Allah SWT menggariskan kepada kita tentang kehidupan akhirat. “‘Kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS Al A’laa: 17). Kehidupan jasad kita hanyalah sementara di dunia. Sedangkan kehidupan ruh, ia akan mengalami lima fase, yaitu: alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzah, dan alam akhirat. Berarti hidup di dunia hanya terminal pemberhentian menuju akhirat yang kekal.
Karena hidup adalah hanyalah sekumpulan hari, bulan, dan tahun yang berputar tanpa pernah kembali lagi. Dan setiap hari umur kita akan bertambah, namun usia berkurang. Hal itu berarti kematian semakin dekat.
Seharusnya kita semakin arif dan bijak dalam menjalaninya. Tetap dalam kesalehan, bertambah kuat aqidah, semakin khusyuk dalam beribadah, dan mempunyai akhlak yang mulia. Pada puncak kebaikan itu lalu kita wafat, itulah husnul khatimah.
Hidup ini ada di bawah aturan yang telah ditentukan Allah SWT. Segalanya digulirkan dan digilirkan. Hidup lalu mati, kecil akhirnya membesar, muda lama kelamaan akan tua, dan muncul kesenangan, terkadang berganti kesedihan. Semua itu adalah fana.
Namun, di tengah-tengah kefanaan itu, umat Rasulullah SAW adalah yang paling sukses, sebagaimana dijelaskan dalam hadits bahwa umat Rasulullah adalah yang paling banyak mengingat mati, lalu ia akan mempersiapkan hidup setelah mati.
Akhirnya, mereka yang mengaku ‘cerdas’ akan mengetahui, lalu sadar dan yakin, bahwa hidup ini bukan untuk mati, akan tetapi mati itulah untuk hidup. Hidup bukan untuk hidup, tetapi untuk Yang Maha hidup, yaitu Allah Rabbul Izzati.
Karena itu, jangan pernah takut mati, namun jangan mencari mati. Jangan lupa mati, dan rindukanlah mati. Kenapa? Karena, kematian adalah pintu berjumpa dengan-Nya. Perjumpaan terindah antara kekasih dengan Kekasihnya.
Orang yang bertaqwa adalah orang yang sangat cerdas. Ia tidak akan mau terjebak pada “kenikmatan” sesaat, namun menderita berkepanjangan. Karena itu, ia akan selalu mengelola hidup yang sesaat dan singkat ini menjadi sangat berarti untuk kehidupan panjang tanpa akhir nanti, yaitu akhirat.
“Dan kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.” (QS Al Ankabut: 64).

Jumat, 04 Januari 2013

COPAS : Tentang Kader

Punya kader melimpah
Mengapa sulit digerakkan?
Punya intelektual
Mengapa masih suka ikut-ikutan?
Punya potensi
Mengapa menjadi operator dibelakang layar?
Punya gerakan
Mengapa hanya mau digerakkan “orang lain”?
Punya keder militan
Sayang………………..
Hanya beberapa gelintir
Kalau begitu
Apa yang bisa dibanggakan partai dakwah ini?
Ketika “tangan-tangan kecil” itu masih harus terus menyokong partai dakwah ini
Sementara partai dakwah mempunyai tangan kekar lagi kuat
Yang selalu diselimuti tangan-tangan ikhlas
Namun mengapa tangan partai Dakwah ini tidak kekar lagi mengangkat eksistensi diri?
Di sini

HARAP KU

OLEH SURYANUN84 PADA 12/09/2012
Ku tatap langit
Mendung
Bukan berarti hujan, kawan
Ku dongakkan kepala ke dalam sumur
Kandas
Hati pun menjerit
Tak kuasa
Mata pun menangis
Bukan berarti cengeng
Tapi takut
Ku takut ini pertanda Allah marah
RahmatNYA pun dicabut
Karena ulah manusia
Semakin hari semakin sakit
Ku ambil wudhu
Ku bergegas menunaikan perintahNYA

HARAPAN DARI SEBUAH PILKADA

OLEH SURYANUN84 PADA 10/09/2012
awal oktober 2012 nanti kita akan dihadapkan pada satu momen besar pemilihan walikota padangsidimpuan. tak berselang lama akan disambung lagi dengan pemilihan gubernur sumatera utara pada maret 2013. dan berikutnya akan disambut oleh pemilihan legislatif dan pemilihan presiden tentuntunya. hampir disetiap daerah dihadapkan pada sebuah kondisi yang sama. lagi-lagi sebagai warga negara yang baik kita harus memilih salah satu yang terbaik dari sekian calon yang ada.bagi pasangan calon yang berambisi menjadi seorang pemimpin pada setiap daerah hal ini akan menjadi sebuah agenda besar yang tentunya akan menguras semua potensi yang ada. baik itu potensi akal (fikr) terlebih potensi materi atau lumbung-lumbung emas yang mereka miliki. tentu jika kita telisik dari sekian dana yang dikucurkan oleh setiap pasangan yang akan bertarung tidaklah semata-mata menggunakan dana pribadi. ada peran dari orang-orang yang mempunyai kepentingan disana.

KAU

OLEH : SURYANUN84
janji melangit kau obral
uangpun kau hamburkan
demi satu kata MENANG
kau lucuti kami dengan harapan-harapan
yang belum pasti mampu kau wujudkan
atau hanya sekedar mendapat perhatian dari kami
kau mengalahkan obral di pasar-pasar